ALHAMDULILLAH usia kita sampai detik ini masih dipertemukan kembali dengan Ramadan tahun ini. Ungkapan syukur itu patut dikemukakan, mengingat pasti banyak manusia di antara kita yang tidak berkesempatan berjumpa lagi dengan Bulan Suci tahun ini.
Hanya Allah yang Maha Tahu akan semua yang akan terjadi, Maha Berkehendak atas semua yang dikehendaki-Nya, dan Maha Penentu bagi ajal seluruh manusia. Bagi kaum muslimin, kehadiran Ramadan laksana tamu istimewa. Betapa tidak, itu semua karena keistimewaan yang dibawanya. Karena itu, mereka pun menyambutnya secara istimewa pula, dengan penuh kegembiraan dan penuh suka cita. Hal itu tampak pada banyaknya spanduk dan baliho berisi ucapan Marhaban ya Ramadan, yang terpasang menghiasi sudut-sudut kota di mana-mana. Dari parpol, pabrik minuman atau mi instan, sampai instansi pemerintah semua memasang spanduk ucapan selamat datang. Terlepas dari kepentingan masing-masing, itu semua patut dinilai sebagai pertanda sambutan kaum muslimin yang sangat antusias terhadap kedatangan bulan Ramadan. Kata Rasul Seandainya umatku mengetahui (semua) keistimewaan Ramadan, niscaya mereka mengharap semua bulan adalah ramadan. Kegembiraan umat Islam ini sudah menjadi rutinitas ritual setiap tahunnya. Namun tahukah kita makna sesungguhnya Marhaban ya Ramadan? Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata marhaban bisa diartikan sebagai kata seru atau ucapan selamat datang untuk menyambut atau menghormati tamu. Sama artinya dengan ahlan wa sahlan, yang juga berarti selamat datang. Namun kita lebih memilih menggunakan kata marhaban, dan bukan ahlan wa sahlan, dalam menyambut kedatangan Ramadan. Karena menurut sebagian ulama, memang ada perbedaan arti di antara keduanya. Ahlan sebagai kosa kata dalam Bahasa Arab berasal dari kata ahl, yang berarti keluarga. Sedangkan sahlan berarti mudah. Dengan demikian ahlan wa sahlan berarti ungkapan atau ucapan selamat datang, namun hanya layak digunakan dalam tataran atau lingkup keluarga. Sedangkan marhaban juga kosa kata dalam Bahasa Arab, yang berasal dari kata rahb, yang berarti luas dan lapang. Ini menggambarkan sambutan yang penuh kegembiraan dan suka cita, serta perasaan lapang dada. Marhaban ya Ramadan, atau selamat datang Ramadan, dengan demikian berarti Kami menyambutmu dengan penuh kegembiraan dan kami persiapkan untukmu tempat yang luas, agar engkau bebas melakukan apa saja yang berkaitan dengan upaya mengasah dan mengasuh jiwa. Kegembiraan Ramadan dirasakan seorang muslim saat mereka berbuka puasa, dan saat berjumpa dengan Sang Khalik. Begitulah ungkapan dari Hadits Nabi. Kegembiraan itu pun bisa diartikan bahwa, bulan ini adalah bulan yang istimewa penuh rahmat dan barokah. Setiap kebaikan yang dilakukan manusia pada bulan ini, akan dibalas Allah dengan imbalan yang berlipat ganda. Sampai-sampai tidur orang yang sedang berpuasa pun mendatangkan pahala. Begitulah keistimewaan bulan Ramadan yang sedang kita jalani saat ini. Lapar Dahaga Namun realitasnya, menurut Nabi, banyak orang yang melaksanakan ibadah puasa, tetapi puasa mereka tidak bernilai apa-apa, kecuali hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Hal ini dikarenakan puasa masih dianggap sebatas rutinitas dan ritual saja, seolah-olah puasa adalah budaya massal yang memang harus dilakukan setiap tahun. Padahal sebenarnya puasa merupakan benteng kehidupan. Di dalamnya diajarkan tentang kepedulian sosial terhadap sesama manusia, disiplin, kejujuran, pengendalian diri dalam segala hal, dan tanggung jawab. Namun realitasnya sering kita saksikan orang berpuasa namun enggan bersedekah, berpuasa tapi berbohong, berpuasa tapi tidak mampu mengendalikan hawa nafsu. Bagi mereka puasa belum membawa efek pembelajaran. Tentu kita tidak menginginkan puasa kita hanya beroleh lapar dan dahaga, atau hanya ritual belaka. Akhirnya, semoga puasa kita secara individu mampu meningkatkan kualitas diri, dan secara sosial mampu bertali kasih antarsesama. La'ala Bisshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar