Palestina semoga lindungan Allah tetap tercurahkan padamu, terutama masjid Aqsa.
Israel Terkutuk kau.
dasar bani Israel huhh.
cewek-cewek ikutan perang sorri layauu ntar kulit jadi pada rusak gara2 ndolsor di pasir hihh jijik
Rasulullah saw bersabda: "Sesama muslim itu bersaudara. Oleh karena itu, jangan menganiaya dan jangan mendiamkan. Siapa saja yang memperhatikan kepentingan saudaranya, Allah akan memperhatikannya. Siapa saja yang melapangkan satu kesulitan sesama muslim, niscaya Allah akan melapangkan satu kesulitan dari beberapa kesulitannya pada hari kiamat. Siapa saja yang menutupi kejelakan seorang muslim Allah akan menutupi kejelekannya pada hari kiamat." (HR.Bukhari dan Muslim)
Saudaraku yang dirahmati Allah SWT...
2 Muharam 1430 H adalah tahun baru penuh darah bagi warga gaza. Ribuan nyawa di ujung maut, tangis pilu wanita, dan rintihan kesakitan anak-anak membahana menyeruak kelangit. pagi itu gaza seperti telah kiamat, darah mengalir dimana-mana. dentuman dan ngiang jet-jet tempur zionis Israel yang membombardir habis negeri syuhada tanpa kenal belas kasih. Rumah sakit, kantor militer, gudang obat-obatan ludes tinggal puing. rumah sakit tak lagi mampu menampung korban.
Dunia Islam kembali bergolak aksi di seluruh belahan dunia menggema, menyeru kepada zionis yahudi agar enyah dari negeri suci palestine. Namun sebuah ironi ketika tangis dan darah deras mengalir di gaza, sementara para pemimpin Arab hanya diam, perserikatan bangsa-bangsa bungkam, sang Adikuasa tak ada taringnya dan bertepuk sebelah tangan, sementara Israel dengan tak berperikemanusiaan terus menggempur dan mengerahkan segala persenjataannya sampai hari ini.
Ketua Persatuan Ulama Dunia, Syaikh Yusuf Qardhawi juga telah mengeluarkan fatwa syar'i yaitu tentang wajibnya membantu saudara-saudara kita di Palestine. Yusuf Qardhawi menganggap bantuan itu sebagai kewajiban (fardhu) atas kaum muslimin.
Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, dengan ini kami ingin mengajak Bapak & Ibu untuk berbagi cinta dengan saudara-saudara kita di Palestine sana. Bagi yang ingin menginfaqkan sebagian hartanya untuk Palestine, bisa transfer dana ke rekening sebagai berikut :
Bank Nanazala (BN) no rek. 212024.0704.1992 trimakasih.
maav hanya bercanda
Kala Palestina di bawah Kekhalifahan Turki Utsmani, Inggris mampu menguasai kawasan Bulan Sabit (Fertile Creescent) di Yordania dekat Palestina (1917/1918). Sejak itu Palestina selalu menjadi ajang rebutan pengaruh negara-negara Eropa. Seiring kekalahan Turki Utsmani yang bersekutu dengan Jerman, pada Perang Dunia I (1914-1918), akhirnya Palestina jatuh ke tangan Inggris. Sejak itulah malapetaka Palestina menemui babak baru.
Pasalnya, atas prakarsa Menteri Luar Negerinya Arthur James Balfour (2 November 1917), yang terkenal dengan Deklarasi Balfour. Inggris memberi dukungan berdirinya negara Yahudi di Palestina dengan Boleh jadi keberpihakan Inggris terhadap bangsa Yahudi karena trauma Perang Salib yang berkarat. Deklarasi Balfour disambut bangsa Yahudi dengan suka cita, karena telah melegimitasi cita-cita Kongres I bangsa Yahudi di Basel Swiss.
Kongres yang berlangsung pada tanggal 29 Agustus 1897 itu menyepakati gerakan Zionisme sebagi usaha menuju negara Yahudi. Lebih dari itu, Zionisme tidak sekadar membentuk negara Yahudi, tapi merupakan batu loncatan terbentuknya Israel Raya di permukaan bumi, seperti yang tercantum dalam Protokol Yahudi. Cita-cita Zionis ini berkaitan erat dengan perasaan lebih unggul bangsa Yahudi ketimbang bangsa lain. “Yahudi memang mengklaim dirinya sebagai bangsa pilihan Tuhan. Sedangkan bangsa lain mereka anggap ghayem, binatang ternak yang harus ditunggangi,” jelas Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan, Abu Ridho. Dengan terbentuknya Negara Israel, maka obsesi Yahudi menjadi penguasa dunia akan lebih mudah jalannya.
Ideolog Zionisme Theodore Herzl dalam buku Der Judenstaat (The Jewish State), mengupas pentingnya Palestina sebagai negara Yahudi, setelah mereka tercerai-berai. Awal tercerai-berainya bangsa Yahudi terjadi pada saat Palestina dikuasai Cyrus Agung (memerintah 576-529 SM) pendiri Kerajaan Persia. Kemudian mereka kembali terusir ketika Pasukan Romawi di bawah Panglima Papyrus (tahun 70) menguasai Palestina.
Akibat itu semua, mereka tersebar di segenap penjuru dunia. Dan, di setiap daerah sebaran Yahudi, mereka ditolak atau diusir bangsa setempat. Penolakan bangsa setempat itu, karena bangsa Yahudi kerap menimbulkan masalah. Peristiwa yang paling monumental adalah dari pengusiran Kabilah Yahudi Madinah di zaman Rasulullah saw, lantaran mereka melanggar perjanjian Piagam Madinah.
Keberadaan bangsa Yahudi baru muncul pada abad 19, setelah sebagian dari mereka muncul menjadi usahawan sukses dan ilmuwan ternama seperti ekonom Adam Smith, sosiolog Karl Marx, atau fisikawan Albert Einsten. Hanya saja pengaruh besar bangsa Yahudi itu tidak searah dengan kecemasan hidup mereka ketika harus tinggal bersama-sama bangsa lain. Tak aneh, bila pengamat politik R William Liddle melihat kecemasan itu masih ada hingga saat ini, khususnya di Amerika Serikat.
Pada tanggal 14 Agustus 1922, Inggris menempatkan Herbert Samuel sebagai wakilnya di Palestina. Dan sejak itulah secara resmi izin imigrasi Yahudi Eropa efektif berlaku. Izin ini menimbulkan amarah bangsa-bangsa Arab. Lantaran, jumlah Yahudi tidak lebih dari 5% persen penduduk Palestina, sedangkan sekitar 85% penduduknya beragama Islam. Sejak itu negara-negara Arab menolak kekuasaan Inggris atas Palestina.
Akibat Deklarasi Balfour jumlah penduduk Yahudi meningkat tajam. Pada tahun 1944 jumlahnya telah mencapai 554.000 orang, padahal tahun 1931 baru 83.610 orang. Pertumbuhan inilah yang membuat marah Muslimin Palestina, hingga memberontak terhadap Inggris.
Melihat situasi yang tidak menguntungkan ini, Inggris meminta bantuan PBB untuk berperan aktif menyelesaikan masalah Palestina. Muncullah Resolusi PBB No. 181 pada tanggal 29 November 1947, yang isinya membagi Palestina menjadi negara Arab dan negara Israel. Dan, untuk sementara Palestina di bawah pengawasan internasional. Keputusan PBB disambut dengan antusias oleh bangsa Yahudi. Setelah Inggris mengundurkan diri, mereka dengan culas memproklamirkan negara Israel dengan ibukota Yerussalem.
Tapi sebaliknya bagi Muslimin Palestina. Resolusi No. 181 itu telah menabuh genderang perang Arab-Israel. Pada bulan Mei 1948 kaum Muslim menyerbu Israel dengan dukungan bangsa-bangsa Arab lainnya. Peperangan itu akhirnya memaksa PBB memprakarsai genjatan senjata, hanya saja tanpa ada perjanjian. Sehingga perang kedua pun pecah kembali pada tahun 1967 yang dikenal dengan Perang Enam Hari. Sayangnya, seluruh Palestina sampai Port Said Mesir dikuasai Israel.
Tentu saja jatuhnya Palestina ke tangan Zionis membuat kesedihan kaum Muslim dan bangsa Arab makin menjadi-jadi. Sehingga, tidak ada jalan lain, perang pun dikobarkan. Pada tahun 1973 perang pecah kembali, yang terkenal dengan Perang Yom Kipur. Hanya saja perang ini tidak mampu mengembalikan wilayah Palestina secara utuh, hanya mengembalikan Gurun Sinai dan Bar-lev.
Ironisnya, perjuangan Muslimin Palestina justru dinodai sikap Presiden Mesir Anwar Sadat yang mengakui secara diplomatik Negara Israel (1977). Inilah awal dari lemahnya posisi Muslimin Palestina, karena kehilangan sekutu terdekat dalam menghadapi Israel. Maka, tak aneh bila posisi Muslimin Palestina semakin terjepit.
Posisi terjepit semakin menjadi-jadi setelah perundingan Camp David antara Mesir dan Israel, dengan sponsor Amerika. Lantaran, secara diplomatik Mesir mengakui wilayah Palestina yang dirampok Israel. Dan hanya membicarakan otonomi beberapa wilayah Palestina seperti Gaza dan Tepi Barat, serta sedikit menyelesaikan Sinai.
Di satu pihak kemenangan diplomatik ini membuat Israel percaya diri, dan semakin brutal. Ini terbukti dengan tindakan Israel merampok tanah Lebanon Selatan pada tahun 1982. Dan, biadabnya lagi, pasukan Israel dipimpin Ariel Sharon membantai pengungsi Palestina yang berada di kamp Sabra dan Satila (17 September 1982). Pembantaian itu mengisyaratkan bahwa Israel tidak ada niatan berhenti berperang, dan tidak mau kalah sejengkal pun dari muslimin Palestina. Karena itu, AS sebagai sekutu utama Israel mencoba menggandeng Yordania. Inisiatif ini diprakrsai oleh Presiden AS Ronald Reagan (1982). Boleh jadi perundingan ini untuk menghindari adanya perundingan langsung Israel dengan kaum Muslim, yang bisa secara eksplisit memaksa Israel mengakui keberadaan Muslimin Palestina.
Untuk menghindari perundingan dengan kaum Muslim, Israel mencoba memecah belah bangsa Palestina. Caranya dengan mengajak berunding faksi nasionalis-sekuler Palestina yakni PLO (Palestine Liberation Organization), pimpinan Yasser Arafat. Sementara faksi Islam seperti Hamas tidak dilibatkan. Politik pecah-belah ini mulai menemui hasil ketika PLO mengadakan perundingan damai dengan Israel di Madrid Spanyol (Oktober 1991), yang hasilnya berupa pengakuan PLO terhadap negara Israel beserta seluruh wilayahnya.
Kegigihan Israel untuk meluluhlantakkan kekuatan umat Islam di Palestina, menurut Abu Ridho, sejalan dengan sikapnya menjadikan umat Islam sebagai musuh bersama. Abu Ridho lebih jauh menegaskan bahwa permusuhan Islam dan Yahudi akarnya adalah ideologi, bukan sekadar perebutan wilayah. Karena itu, peperangan yang ingin dilancarkan Yahudi juga bersifat semesta.
Senada dengan Abu Ridho, ahli tafsir Dr. Ahzami Samiun Jazuli menyatakan, pertempuran antara Islam dan Yahudi adalah abadi. Menurut Ahzami, peristiwa-peristiwa yang terjadi di Palestina hanyalah pengingat kaum Muslim bahwa ada musuh abadi yang menentang Islam, yaitu Yahudi.
Terkait dengan Yahudi, Dr. Yusuf Qardhawi memberikan pandangan. Penulis puluhan buku ini mengatakan, saudara terdekat Islam dalam tauhid adalah Yahudi bukan Nasrani. Karena mereka tidak menganggap Isa sebagai Tuhan, mengharamkan babi, dan memerintahkan berkhitan. Hanya, meski ketauhidannya dekat, tapi kebencian dan kedengkiannya pada Islam amat kental. Ketika Muhammad saw diangkat menjadi rasul, mereka tidak segera mengimani bahkan menentangnya, hanya karena Rasulullah bukan orang Yahudi. Lebih dari itu, bangsa Yahudi telah meneteskan darah nabi-nabi yang datang pada mereka. Termasuk persekongkolan mereka dalam usaha pembunuhan Isa as, nabinya umat Nasrani. Repotnya, negara-negara barat yang mayoritas Nasrani seperti Amerika Serikat, justru dikangkangi Yahudi.
Menurut pengamat politik R William Liddle, pengaruh Yahudi di Amerika Serikat sangat kuat, lantaran Yahudi Amerika menguasai semua bidang kehidupan di sana. Padahal jumlah mereka cuma 3% dari penduduk Amerika Serikat yang mencapai 248 juta jiwa (1989). Tapi dengan jumlah yang kecil itu, menurut Liddle, membuat mereka ulet. Sehingga bangsa Yahudi Amerika Serikat mampu menyusup dan mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, seperti George Soros di bidang ekonomi dan Henry Kissinger dalam politik. Padahal menurut Guru Besar Politik The Ohio State University ini, bangsa Yahudi awalnya hanyalah peddlers, pedagang eceran keliling dan pengusaha bankir kecil. Kerja keras mereka memang luar biasa. Dan kerusakan yang mereka timbulkan juga amat besar.
Karena itu, wajar bila Abu Ridho mengatakan bahwa tidak cukup melawan Yahudi dengan bekal semangat saja. Tapi lebih dari itu. Untuk itu, menurutnya, jihad harus selalu dikobarkan di segala bidang. Umat Islam di seluruh dunia harus menyiapkan diri agar mampu memenangkan pertempuran semesta ini. Allahu Akbar! n
Bila dilihat dari sudut pandang Israel, maka serangan ke Palestina ini, berapapun banyaknya orang Palestina yang tewas, adalah legal, sebagai balasan atas serangan roket Hamas ke wilayah pemukiman Israel.
Tapi pertanyaannya, mengapa Hamas begitu rajin menembakkan roket ke wilayah Israel? Apakah serangan konyol itu dimaksudkan untuk memprovokasi Israel agar negeri terkuat di Timur Tengah ini menyerbu balik Palestina dan membantai seluruh orang Palestina yang hidup di Gaza?Ada beberapa faktor yang memicu penembakan roket ke Israel. Pertama adalah faktor provokasi. Artinya, ada pihak luar selain Hamas yang meluncurkan roket. Contohnya, beberapa minggu setelah gencatan senjata enam bulan antara Hamas-Israel ditandatangani pada 19 Juni 2008, Hamas berhasil meringkus warga Palestina yang meluncurkan roket ke arah Israel. Si pelontar roket ini ternyata angota Brigade Syuhada Al-Aqsa, kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas yang masih menjadi seteru Hamas. Selidik punya selidik, aksi penyerangan roket ini dilakukan sebagai balasan atas pembunuhan salah seorang anggota brigade oleh tentara Israel saat berusaha melintasi perbatasan Israel.
Faktor provokasi semacam ini sebenarnya cerita lama dalam sejarah pertempuran Palestina-Israel. Maria Mitsotakis, warga AS yang berhasil memasuki kamp-kamp pengungsi Palestina dengan menyamar sebagai wanita Palestina, menceritakan sebuah trik baru yang dipraktekkan pemerintah Israel sejak akhir 1980-an: “Serdadu-serdadu Israel menyamar sebagai kelompok-kelompok militan Palestina, menyerang orang-orang Palestina dengan pisau dan kapak dengan menggunakan kendaraan-kendaraan sipil berplat Tepi Barat. Tujuannya adalah menyulut pertikaian internal di daerah pendudukan dan menimpakan kesalahan kepada PLO.”
Selanjutnya, wanita yang datang ke Yerussalem dengan tujuan awal berziarah ke Gereja Kelahiran Yesus (Church of Nativity) ini menuturkan, serangan-serangan buas oleh tentara-tentara Israel terhadap rumah-rumah Palestina ini, yang dilukiskan oleh penguasa Israel sebagai “Penjagalan Palestina oleh Palestina”, sesungguhnya dilakukan oleh pasukan-pasukan komando penyebar maut Israel seperti yang dilaporkan oleh surat kabar New York Times di tahun 1989.
Faktor kedua adalah faktor intimidasi sistematis yang dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina. Salah satu cara terbaik adalah dengan melakukan penutupan jalur perdagangan ke dunia luar. Dengan blokade yang dilakukan oleh tentara Israel di setiap pintu perbatasan ini, warga Palestina terisolir dari dunia luar dan terancam mati kelaparan atau mati kesakitan.
Faktor ketiga adalah faktor balas dendam yang mencapai puncaknya pada 4 November 2008 saat Israel menewaskan 12 aktivis Hamas dalam aksi pengeboman salah satu terowongan di Jalur Gaza. Israel beralasan pengeboman berdarah ini dilakukan untuk mencegah aksi penculikan tentara Israel yang berpotensi dilakukan dengan memanfaatkan terowongan seperti ini.
Hamas dalam menghadapi Israel memang tidak bisa dibenarkan, tapi dapat dimaklumi karena mereka tak ubahnya rakyat biasa menghadapi kekuatan rezim yang begitu kuat. Mari kita selami perasaan bangsa Palestina saat melihat Israel dengan leluasa membangun permukiman, perumahan dan melebarkan jalan di tanah Palestina. Siapapun yang mengetahui tanahnya dicolong orang, pasti akan bereaksi keras. Belum lagi soal blokade ekonomi yang dilakukan secara rutin oleh Israel. Dan Hamas memilih terus memprotes penindasan ini dengan melemparkan roket ke wilayah permukiman. FYI, Israel hingga detik ini masih terus membangun perumahan ilegal di daratan Palestina.
Apakah Hamas lantas pantas disebut teroris? Hamas memang sedang melakukan teror. Teror terhadap negara pencuri agar mereka berhenti mencaplok tanah Palestina. Agar mereka tahu bahwa tindakan mereka yang semena-mena menimbulkan amarah yang tak terkira. Tapi untuk aksinya ini, Hamas terlalu mulia untuk disebut sebagai teroris. Hamas hanyalah sekumpulan orang yang sedang mempertahankan hak untuk hidup dan hak untuk merdeka bagi bangsa dan negaranya, persis seperti para pejuang negeri ini yang berjuang melawan kekuatan penjajah demi kemerdekaan Indonesia.
MAIN HAKIM SENDIRI
Di luar ketiga faktor pemicu diatas, dalam menyikapi konflik dengan kelompok Hamas dan kelompok lainnya, Israel lebih senang main hakim sendiri. Setiap kecurigaan dan dugaan Israel langsung dihajar dengan kekuatan militer. Tidak sedikitpun ada upaya Israel sebagai negara yang diakui PBB untuk mengkonfirmasi dugaan ini dengan azas Praduga Tidak Bersalah. Tapi kalau melihat cara Amerika mengatasi dugaan kepemilikan senjata pemusnah massal di Irak, langkah anak emasnya ini tidaklah mengejutkan.
Padahal, seperti ditulis oleh Hamid Awaludin di harian KOMPAS edisi 6 Januari 2009 dalam artikel berjudul “Menimbang Kebiadaban Israel”, negara Zionis ini belum berhak melakukan tindakan bela diri dengan melakukan serangan balik secara besar-besaran. Dalam hukum internasional ditetapkan bahwa tindakan bela diri dibolehkan bila suatu negara mendapatkan serangan bersenjata yang bersifat keterlaluan dan tidak memberi pilihan dan alternatif lain. Pasal 51 Piagam PBB juga dengan tegas mengatur tata-cara melancarkan tindakan bela diri ini, yaitu dengan mengikuti ukuran dan penilaian yang diberikan oleh Dewan Keamanan PBB.
Tapi jangankan meminta restu PBB, Israel justru enggan mendengarkan desakan PBB dan komunitas dunia untuk menghentikan serangan. Persis seperti kasus Bush yang tetap melancarkan serangan ke Irak meskipun tanpa restu PBB, lembaga dunia yang hanya dianggap sebagai mainan yang mengasyikkan.
SERANGAN BIADAB
Tapi, apapun alasan yang dipakai untuk memaklumi tindakan Israel, penyerangannya kali ini tidak mengikuti prinsip jus in bello (bagaimana melakukan serangan) seperti diatur dalam Konvensi Geneva 1949. Negeri yang diduga kuat memiliki senjata nuklir tersebut hanya mengikuti prinsip jus ad bellum (alasan yang membenarkan) dalam melancarkan serangan militer ke negara tetangganya.
Serangan yang diawali dengan serbuan udara jelas melanggar asas jus in bello, karena dengan meluncurkan bom dari udara, banyak anak-anak, wanita dan orang lemah baik beragama Islam maupun Kristen yang menjadi korban. Hasilnya adalah 500 orang lebih meninggal. Sasaran bom juga melebar ke permukiman, tempat ibadah, rumah sakit dan pusat perbelanjaan.
Bila sekarang Israel melancarkan serangan darat, itu bukan untuk meminimalisir jumlah korban, tapi untuk menuntaskan perang. Dalam perang, tidak mungkin menaklukkan lawan hanya dengan kekuatan udara. Perang hanya bisa dituntaskan dengan serangan darat, semua orang tahu itu.
Dalam invasinya ini Israel juga tidak pernah menolong warga sipil yang terluka. Lebih biadab lagi, mereka menutup rapat-rapat pintu perbatasan sehingga orang-orang dari penjuru dunia yang datang membawa dokter dan obat-obatan tidak bisa masuk untuk memberikan pertolongan dan meminimalisir jatuhnya korban jiwa.
Nama Yahudi barangkali diambil dari Yehuda. Yehuda adalah salah seorang putra nabi Yakub (Kejadian 29: 22) yang kemudian hari dijadikan nama salah satu kerajaan Israel yang pecah menjadi dua, setelah Solomon (Sulaiman) meninggal (1 Raja-Raja 12). Sedangkan nama Israel adalah nama yang diberikan Tuhan kepada Yakub, setelah Yakub memenangkan pergulatan melawan Tuhan (Kejadian 32:28). Karena dosa-dosanya yang sudah tidak termaafkan lagi, bangsa Israel ini dihukum oleh Tuhan dengan menghancurkan kerajaan yang mereka miliki (2 Raja-Raja 17:7-23).
Bangsa Yahudi sangat terobsesi oleh kitab suci mereka, bahwa hanya merekalah satu-satunya bangsa yang dipilih oleh Tuhan untuk menguasai dunia ini. Bukankah Tuhan juga yang menyatakan kepada nenek moyang mereka Ibrahim, bahwa dari keturunan Ibrahimlah Tuhan akan menurunkan raja-raja didunia ini. Bagi mereka, keturunan Ibrahim hanyalah anak cucu yang lahir dari Sarah, isteri pertama Ibrahim, sehingga keberadaan Ismael anak sulung Ibrahim dari Hajar, dianggap tidak ada. Atas kecongkakkan dan kesombongan ini, Tuhan murka kepada bani Israel. Beratus-ratus tahun mereka menjadi warga negara kelas kambing yang tertindas di negeri Firaun. Setelah Musa berhasil membawa mereka keluar dari Mesir, bangsa Israel sempat mempunyai kerajaan yang dibangun oleh Daud dan mencapai masa keemasannya ditangan Solomon. Kerajaan yang kemudian pecah menjadi dua karena intrik anak-anak Solomon, lalu menjadi lemah dan akhirnya mereka dijajah oleh Firaun Nekho (2 Raja-Raja 23:31-35). Diusir sebagai orang buangan oleh Nebukadnezar bangsa Babilonia (2 Raja-Raja 25:1-21). Dijajah oleh Romawi. Dimusnahkan oleh Nazi, Jerman. Kesemuanya itu adalah hukuman Tuhan, kepada bangsa yang oleh Yesus (Isa al Masih) disebut sebagai keturunan bangsa ular beludak (Matius 23:33). Hukuman tersebut tidak membuat mereka jera, dan bertobat. Malah menjadikan dendam kesumat dihati bangsa ini untuk melawan Tuhan, Allah Maha Pencipta.
Kecongkakkan mereka dengan menganggap diri sebagai bangsa pilihan Tuhan satu-satunya yang berhak memerintah dunia ini, membuat mereka dengan sombongnya bersumpah, untuk memerangi agama lain selain agama mereka dengan segala cara, persis ketika Iblis bersumpah kepada Tuhan untuk memperdayai anak cucu Adam, sampai dunia kiamat nanti. Tuhanpun memperingatkan ummat Islam, melalui Al-Quran untuk berhati-hati terhadap tipu daya Yahudi ini.
Pegangan mereka adalah kitab Talmud. Yang merupakan kitab setan, karena sangat jauh menyimpang, bahkan mungkin bertolak belakang dengan ajaran Taurat.
Nabi Daud AS, yang juga raja, menaklukkan bukit Zion yang merupakan benteng dari kaum Yabus. Nabi Daud AS tinggal di benteng itu dan diberinya nama: "bandar Daud" (Samuel II 5:7-9)
Sejak itu maka Zion menjadi tempat suci, dikeramatkan orang-orang Yahudi yang mereka percayai bahwa Tuhan tinggal di tempat itu: "Indahkanlah suaramu untuk Tuhan Yang menetap di Zion" (Mazmur 9:11).
Zionisme ialah gerakan orang-orang Yahudi yang bersifat ideologis untuk menetap di Palestina, yakni di bukit Zion dan sekitarnya. Walaupun Nabi Musa AS tidak sampai pernah menginjakkan kaki beliau di sana, namun orang-orang Yahudi menganggap Nabi Musa AS adalah pemimpin pertama kaum Zionis.
Untuk mencapai cita-citanya, Zionisme membangkitkan fanatisme kebangsaan (keyahudian), keagamaan dengan mempergunakan cara kekerasan untuk sampai kepada tujuannya. Zionisme memakai beberapa tipudaya untuk mengurangi dan menghilangkan sama sekali penggunaan kata "Palestina", yakni mengganti dengan perkataan-perkataan lain yang berkaitan dengan sejarah bangsa Yahudi di negeri itu. Digunakanlah nama "Israel" untuk negara yang telah didirikan oleh mereka, sebab Zionisme di Palestina identik dengan kekerasan, kezaliman dan kehancuran. Kaum Zionis mengambil nama Israel adalah untuk siasat guna mengelabui dan menipu publik, bahwa negara Israel itu tidak akan menggunakan cara-cara yang biasa digunakan oleh kaum Zionis. Pada hal dalam hakikatnya secra substansial tidaklah ada perbedaan sama sekali antara Israel dengan Zionisme. Israel sendiri berasal dari dua kata, isra mempunyai arti hamba, dan ell berarti Allah.
Secara substansial protokol Zionisme adalah suatu konspirasi jahat terhadap kemanusiaan. Protokol berarti pernyataan jika dinisbatkan kepada para konseptornya, dan berarti laporan yang diterima serta didukung sebagai suatu keputusan jika dikaitkan pada muktamar di Bale, Switzerland, tahun 1897, yang diprakarsai oleh Teodor Herzl.
Protokol-protokol itu yang sebagai dokumen rahasia disimpan di tempat rahasia, namun beberapa diantaranya dibocorkan oleh seorang nyonya berkebangsaan Perancis yang beragama Kristen dalam tahun 1901. Dalam perjumpaan nyonya itu dengan seorang pemimpin teras Zionis di rumah rahasia golongan Mesonik di Paris, nyonya itu sempat melihat sebagian dari protokol-protokol itu. Nyonya itu sangat trperanjat setelah membaca isinya. Ia berhasil mencuri sebagian dari dokumen rahasia itu, yang disampaikannya kepada Alex Nikola Nivieh, ketua dinas rahasia Kekaisaran Rusia Timur.
Pada tahun 1902 dokumen rahasia Zionis itu diterbitkan dalam bentuk buku berbahasa Rusia oleh Prof. Nilus dengan judul ‘PROTOKOLAT ZIONISME’. Dalam kata pengantarnya Prof. Nilus berseru kepada bangsanya agar berhati-hati akan satu bahaya yang belum terjadi. Dengan seruan itu terbongkarlah niat jahat Yahudi, dan hura-hura pun tak bisa dikendalikan lagi, dimana saat itu telah terbantai lebih kurang 10.000 orang Yahudi. Theodor Herzl, tokoh Zionis Internasional berteriak geram atas terbongkarnya Protokolat mereka yang amat rahasia itu, karena tercuri dari pusat penyim-panannya yang dirahasiakan, dan penyebar-luasannya sebelum saatnya akan membawa bencana. Peristiwa pembantaian atas orang-orang Yahudi itu mereka rahasiakan. Lalu mereka ber-gegas membeli dan memborong habis semua buku itu dari toko-toko buku. Untuk itu, mereka tidak segan-segan membuang beaya apa saja yang ada, seperti ; emas, perak, wanita, dan sarana apa saja, asal naskah-naskah itu bisa disita oleh mereka.
Mereka menggunakan semua pengaruhnya di Inggris, supaya Inggris mau menekan Rusia untuk menghentikan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi di sana. Semua itu bisa terlaksana setelah usaha yang amat berat.
Pada tahun 1905 kembali Prof. Nilus mencetak ulang buku itu dengan amat cepat dan mengherankan. Pada tahun 1917 kembali dicetak lagi, akan tetapi para pendukung Bolshvic menyita buku protokolat itu dan melarangnya sampai saat ini. Namun sebuah naskah lolos dari Rusia dan diselun-dupkan ke Inggris oleh seorang wartawan surat kabar Inggris ‘The Morning Post’ yang bernama Victor E.Mars dan dalam usahanya memuat berita revolusi Rusia. Ia segera mencarinya di perpustakaan Inggris, maka didapatinya estimasi tentang akan terjadinya revolusi komunis. Ini sebelum lima belas tahun terjadi, yakni di tahun 1901. Kemudian wartawan itu menterjemahkan Protokolat Zionis itu ke dalam bahasa Inggris dan dicetak pada tahun 1912.
Hingga kini tidak ada satu pun penerbit di Inggris yang berani mencetak Protokolat Zionis itu, karena kuatnya pengaruh mereka di sana. Demikian pula terjadi di Amerika. Kemudian buku itu muncul dicetak di Jerman pada tahun 1919 dan tersebar luas ke beberapa negara. Akhirnya buku itu diterjemah-kan ke dalam bahasa Arab, antara lain oleh Muhammad Khalifah At-Tunisi dan dimuat dalam majalah Mimbarusy-Syarq tahun 1950. Perlu diketahui, bahwa tidak ada orang yang berani mempublikasikan Protokolat itu, kecuali ia berani menghadapi tantangan dan kritik pedas pada koran-koran mereka, sebagaimana yang dialami oleh penerjemah ke dalam bahasa Arab yang dikecam dalam dua koran berbahasa Perancis yang terbit di Mesir.
Setelah melalui proses yang amat panjang akhirnya pada 14 Mei 1948 silam, kaum Yahudi memproklamirkan berdirinya negara Israel. Dengan kemerdekaan ini, cita-cita orang orang Yahudi yang tersebar di berbagai belahan dunia untuk mendirikan negara sendiri, tercapai. Mereka berhasil melaksanakan "amanat" yang disampaikan Theodore Herzl dalam tulisannya Der Judenstaat (Negara Yahudi) sejak 1896. Tidaklah mengherankan jika di tengah-tengah negara-negara Timur Tengah yang mayoritas menganut agama Islam, ada sekelompok manusia yang berkebudayaan dan bergaya hidup Barat. Mereka adalah para imigran Yahudi yang didatangkan dari berbagai negara di dunia karena mengalami pembantaian oleh penguasa setempat.
Sejak awal Israel sudah tidak diterima kehadirannya di Palestina, bahkan di daerah mana pun mereka berada. Karena merasa memiliki keterikatan historis dengan Palestina, akhirnya mereka berbondong-bondong datang ke Palestina. Imigrasi besar-besaran kaum Yahudi ini terjadi sejak akhir tahun 1700-an. Akibat pembantaian diderita, maka mereka merasa harus mencari tempat yang aman untuk ditempati. Oleh Inggris mereka ditawarkan untuk memilih kawasan Argentina, Uganda, atau Palestina untuk ditempati, tapi Herzl lebih memilih Palestina.
Herzl adalah The Founding Father of Zionism. Dia menggunakan zionisme sebagai kendaraan politiknya dalam merebut Palestina. Kemampuannya dalam melobi para penguasa dunia tidak diragukan lagi. Sederetan orang-orang terkenal di dunia seperti Paus Roma, Kaisar Wilhelm Jerman, Ratu Victoria Inggris, dan Sultan Turki di Istambul telah ditaklukkannya. Zionisme adalah otak dalam perebutan wilayah Palestina dan serangkaian pembantaian yang dilakukan Yahudi.
Dengan berdatangannya bangsa Yahudi ke Palestina secara besar-besaran, menyebabkan kemarahan besar penduduk Palestina. Gelombang pertama imigrasi Yahudi terjadi pada tahun 1882 hingga 1903. Ketika itu sebanyak 25.000 orang Yahudi berhasil dipindahkan ke Palestina. Mulailah terjadi perampasan tanah milik penduduk Palestina oleh pendatang Yahudi. Bentrokan pun tidak dapat dapat dihindari. Kemudian gelombang kedua pun berlanjut pada tahun 1904 hingga 1914. Pada masa inilah, perlawanan sporadis bangsa Palestina mulai merebak.
Berdasarkan hasil perjanjian Sykes Picot tahun 1915 yang secara rahasia dan sepihak telah menempatkan Palestina berada di bawah kekuasaan Inggris. Dengan berlakunya sistem mandat atas Palestina, Inggris membuka pintu lebar-lebar untuk para imigran Yahudi dan hal ini memancing protes keras bangsa Palestina.
Aksi Inggris selanjutnya adalah memberikan persetujuannya melalui Deklarasi Balfour pada tahun 1917 agar Yahudi mempunyai tempat tinggal di Palestina. John Norton More dalam bukunya The Arab-Israeli Conflict mengatakan bahwa Deklarasi Balfour telah menina-bobokan penguasa Arab terhadap pengkhiatan Inggris yang menyerahkan Palestina kepada Zionis.
Pada tahun 1947 mandat Inggris atas Palestina berakhir dan PBB mengambil alih kekuasaan. Resolusi DK PBB No. 181 (II) tanggal 29 November 1947 membagi Palestina menjadi tiga bagian. Hal ini mendapat protes keras dari penduduk Palestina. Mereka menggelar demonstrasi besar-besaran menentang kebijakan PBB ini. Lain halnya yang dilakukan dengan bangsa Yahudi. Dengan suka cita mereka mengadakan perayaan atas kemenangan besar ini. Bantuan dari beberapa negara Arab dalam bentuk persenjataan perang mengalir ke Palestina. Saat itu pula menyusul pembubaran gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir dan pembunuhan terhadap Hasan al-Banna yang banyak berperan dalam membela Palestina dari cengkraman Israel.
Apa yang dilakukan Yahudi dalam merebut Palestina tidaklah terlepas dari dukungan Inggris dan Amerika. Berkat dua negara besar inilah akhirnya Yahudi dapat menduduki Palestina secara paksa walaupun proses yang harus dilalui begitu panjang dan sulit. Palestina menjadi negara yang tercabik-cabik selama 30 tahun pendudukan Inggris. Sejak 1918 hingga 1948, sekitar 600.000 orang Yahudi diperbolehkan menempati wilayah Palestina. Penjara-penjara dan kamp-kamp konsentrasi selalu dipadati penduduk Palestina akibat pemberontakan yang mereka lakukan dalam melawan kekejaman Israel.
Tahun 1956, Gurun Sinai dan Jalur Gaza dikuasai Israel, setelah gerakan Islam di kawasan Arab dipukul dan Abdul Qadir Audah, Muhammad Firgholi, dan Yusuf Thol’at yang terlibat langsung dalam peperangan dengan Yahudi di Palestina dihukum mati oleh rezim Mesir. Dan pada tahun 1967, semua kawasan Palestina jatuh ke tangan Israel. Peristiwa itu terjadi setelah penggempuran terhadap Gerakan Islam dan hukuman gantung terhadap Sayyid Qutb yang amat ditakuti kaum Yahudi. Tahun 1977, terjadi serangan terhadap Libanon dan perjanjian Camp David yang disponsori oleh mendiang Anwar Sadat dari Mesir
Akhirnya pada Desember 1987, perjuangan rakyat Palestina terhimpun dalam satu kekuatan setelah sekian lama melakukan perlawanan secara sporadis terhadap Israel. Gerakan Intifadhah telah menyatukan solidaritas rakyat Palestina. Intifadhah merupakan aksi pemberontakan massal yang didukung massa dalam jumlah terbesar sejak tahun 1930-an. Sifat perlawanan ini radikal revolusioner dalam bentuk aksi massal rakyat sipil.
Adanya kehendak kolektif untuk memberontak sudah tidak dapat ditahan lagi. Untuk tetap bertahan dalam skema transformasi masyarakat yang menghindari aksi kekerasan, maka atas prakarsa Syekh Ahmad Yassin dibentuklah HAMAS (Harakah al-Muqawwah al-Islamiyah) pada bulan Januari 1988, sebagai wadah aspirasi rakyat Palestina yang bertujuan mengusir Israel dari Palestina, mendirikan negara Islam Palestina, dan memelihara kesucian Masjid Al-Aqsha. HAMAS merupakan "anak" dari Ikhwanul Muslimin karena para anggotanya berasal dari para pengikut gerakan Ikhwanul Muslimin. Perlawanan terhadap Israel semakin gencar dilakukan dan mengakibatkan kerugian material bagi Israel berupa kehancuran pertumbuhan ekonomi, penurunan produksi industri dan pertanian, serta penurunan investasi. Kerugian lainnya yaitu hilangnya ketenangan dan rasa aman bangsa Israel.
Tidak ada manipulasi sejarah yang lebih dahsyat dari pada yang dilakukan kaum Zionis terhadap bangsa Palestina. Kongres Zionis I di Basle merupakan titik balik dari sejarah usaha perampasan tanah Palestina dari bangsa Arab. Namun hebatnya, para perampas ini tidak dianggap sebagai ”perampok” tetapi malahan dipuja sebagai ”pahlawan” dan bangsa Arab yang melawannya dianggap sebagai ”teroris” dan penjahat yang perlu dihancurkan.
Salah satu kunci untuk memahami semua ini ialah karena sejak Kongres I kaum Zionis sudah mengerti kunci perjuangan abad XX yakni: diplomasi, lobi, dan penguasaan media massa. Herzl sebagai seorang wartawan yang berpengalaman dengan tangkas memanfaatkan tiga senjata andal dalam perjuangan politik abad modern ini. Sejak Kongres I, dia sangat rajin melobi para pembesar di Eropa, mendekati wartawan, dan melancarkan diplomasi ke berbagai negara. Hasilnya sungguh luar biasa. Zionisme lantas diterima sebagai gerakan politik yang sah bagi usaha merampas tanah Palestina untuk bangsa Yahudi.
Tokoh-tokoh Yahudi banyak terjun ke media massa, terutama koran dan industri film. Hollywood misalnya didirikan oleh Adolf Zuckjor bersaudara dan Samuel-Goldwyn-Meyer (MGM). Dengan dominasi yang luar biasa ini, mereka berhasil mengubah bangsa Palestina yang sebenarnya adalah korban kaum Zionis menjadi pihak ”penjahat”.
Apakah anda tau siapa yang menguasai kantor-kantor berita seperti Reuter, Assosiated Press, United Press International, surat kabar Times dan jaringan telivisi terkenal dunia serta perusahaan film di Holywood? Semuanya adalah bangsa Yahudi. Reuter didirikan oleh Yahudi Jerman, Julius Paul Reuter yang bernama asli Israel Beer Josaphat. Melalui jaringan informasi dan media komunikasi massa inilah mereka menciptakan image negatif terhadap Islam, seperti Islam Fundamentalis, Islam Teroris, dan lain sebagainya. Demikian gencarnya propaganda ini, sampai-sampai orang Islam sendiri ada yang phobi Islam.
Edward Said, dalam bukunya Blaming The Victims secara jitu mengungkapkan bagaimana media massa Amerika menciptakan gambaran negatif bangsa Palestina. Sekitar 25 persen wartawan di Washington dan New York adalah Yahudi, sebaliknya hampir tidak ada koran atau TV Amerika terkemuka yang mempunyai wartawan Arab atau Muslim. Kondisi ini berbeda dengan media Eropa yang meskipun dalam jumlah terbatas masih memiliki wartawan Arab atau muslim. Dengan demikian laporan tentang Palestina di media Eropa secara umum lebih ”fair” daripada media Amerika.
Edward Said yang terkenal dengan bukunya Orientalism (Verso 1978), menguraikan apa yang dilakukan kaum Zionis terhadap bangsa Palestina merupakan praktik kaum Orientalis yang sangat nyata. Pertama, sejarah ditulis ulang, yakni Palestina sebelum berdirnya Israel ialah: wilayah tanpa bangsa untuk bangsa yang tidak mempunyai tanah air. Kedua, bangsa Palestina yang menjadi korban dikesankan sebagai bangsa biadab yang jadi penjahat. Ketiga, tanah Palestina hanya bisa makmur setelah kaum Zionis beremigrasi ke sana.
Penulis :
Agam Rosyidi
URL : http://agam.rosyidi.com/sejarah-bangsa-israel/
Referensi:
swaramuslim
Hidayatullah Mei 2002
H.Muh.Nur Abdurrahman Makassar
mowen1id@yahoo.com
JAKARTA,SENIN- Hingga akhir September 2008, PT Lapindo Brantas Inc. telah mengeluarkan dana sebesar Rp 4,4 trilliun untuk membeli tanah masyarakat yang tergenang lumpur di Sidoarjo. Namun, dana itu bukan utnuk ganti rugi, melainkan hanyalah kepedulian sosial untuk membantu warga yang terkena musibah.
"Kami tidak merasa dana tersebut sebagai ganti rugi, tetapi untuk membantu dalam bentuk pembangunan rumah, pemberian santunan, dan penanggulangan lumpur," kata Wakil Presiden Komunikasi dan Sosial Lapindo Brantas, Yuniwati Terryana, di Hotel Le Merridien Jakarta, Senin(3/11).
Yuniwati menjelaskan, penyebab tersemburnya lumpur Sidoarjo merupakan bencana alam yang tidak bisa terhindarkan. Hal tersebut dikuatkan dengan hasil keputusan Pengadilan Jakarta Pusat dan Pengadilan Jakarta Selatan tanggal 27 Desember 2007 bahwa pemboran di Banjar Panji 1 telah sesuai prosedur.
Yuniwati juga menampik anggapan bahwa harga rumah yang dibangun di lokasi baru ternyata lebih rendah dibanding rumah yang tergenang, sehingga ditentang para korban. Bahkan menurutnya, korban yang tanahnya tidak memiliki akte pun tetap dibeli dengan opsi penggantian uang atau pembangunan rumah.
"Setiap hari sampai sekarang pengeluaran dana tersebut terus diperbaharui, selain untuk penanganan lumpur juga diberikan kemasyarakat sebagai bentuk kepedulian sosial," tambah Yuniwati. (C12-08)
JAKARTA, KAMIS — Menanggapi penghargaan yang akan diberikan oleh PKS kepada Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut, dan tokoh wanita lain yang dinilai telah memberikan inspirasi dan berprestasi pada tanggal 19 Desember mendatang, mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung mengatakan bahwa hal tersebut merupakan hak bagi setiap organisasi untuk memberikan penghargaan bagi setiap orang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
"Secara umum, Mbak Tutut memang merupakan seorang tokoh perempuan yang menaruh perhatian dan kepedulian yang besar di bidang sosial," ujar Akbar seusai memberikan pelatihan kepemimpinan di The Ary Suta Center, Jakarta, Kamis (4/12).
Akbar mengatakan, dirinya tidak khawatir sebagian kader Partai Golkar akan "lompat pagar" ke pekarangan PKS.
"Pindah ke PKS bisa saja. Tapi sejauh mana tingkat signifikansinya, inilah yang perlu dilakukan penelitian," ujar mantan Ketua Umum DPR RI ini mantap.
Menurutnya, iklim demokrasi di Indonesia sudah jauh berbeda dibandingkan masa 10-15 tahun yang lalu.
"Masyarakat sudah memiliki kriterianya masing-masing. Saat ini mereka bebas menentukan pilihan-pilihannya tanpa gangguan dari pihak mana pun," tegasnya. *
Malang, 19 Oktober 2008
Masih dalam rangkaian kegiatan ”Tabligh Akbar 1001 Masjid”, Da’i TPI kembali menyalurkan sejumlah dana untuk pembebasan lahan guna pembangunan masjid di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu 19 Oktober 2008. Dana yang disumbangkan sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), berasal dari masyarakat melalui SMS pada saat program pencarian bakatKegiatan ini sebagai bentuk kepedulian sosial kepada masyarakat, khususnya mereka yang membutuhkan darah. Darah tersebut akan dibawa ke PMI di jalan Buring no 10 untuk diproses dan disimpan. Proses uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui apakah darah pendonor bebas dari sipilis, hepatitis B, C dan HIV. Kegiatan semacam ini tidak bisa diikuti semua orang.
Bagi peserta yang sudah mendonorkan darahnya, disediakan roti, susu, dan vitamin untuk membantu memulihkan kondisi tubuhnya. “Saya tidak takut ikut donor darah, karena memang sudah terbiasa sejak SMA” ujar Syafril mahasiswa komunikasi. Ia berharap nantinya ada kegiatan serupa yang bisa digunakan mahasiswa untuk meningkatkan kepedulian sosial.. (van)
Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer dan perangkat jaringan lainnya yang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Tujuan dari jaringan komputer adalah:
Agar dapat mencapai tujuan yang sama, setiap bagian dari jaringan komputer meminta dan memberikan layanan (service). Pihak yang meminta layanan disebut klien (client) dan yang memberikan layanan disebut pelayan (server). Arsitektur ini disebut dengan sistem client-server, dan digunakan pada hampir seluruh aplikasi jaringan komputer.
Klasifikasi Berdasarkan skala :
Berdasarkan fungsi : Pada dasarnya setiap jaringan komputer ada yang berfungsi sebagai client dan juga server. Tetapi ada jaringan yang memiliki komputer yang khusus didedikasikan sebagai server sedangkan yang lain sebagai client. Ada juga yang tidak memiliki komputer yang khusus berfungsi sebagai server saja. Karena itu berdasarkan fungsinya maka ada dua jenis jaringan komputer:
Yaitu jaringan komputer dengan komputer yang didedikasikan khusus sebagai server. Sebuah service/layanan bisa diberikan oleh sebuah komputer atau lebih. Contohnya adalah sebuah domain seperti www.detik.com yang dilayani oleh banyak komputer web server. Atau bisa juga banyak service/layanan yang diberikan oleh satu komputer. Contohnya adalah server jtk.polban.ac.id yang merupakan satu komputer dengan multi service yaitu mail server, web server, file server, database server dan lainnya.
Yaitu jaringan komputer dimana setiap host dapat menjadi server dan juga menjadi client secara bersamaan. Contohnya dalam file sharing antar komputer di Jaringan Windows Network Neighbourhood ada 5 komputer (kita beri nama A,B,C,D dan E) yang memberi hak akses terhadap file yang dimilikinya. Pada satu saat A mengakses file share dari B bernama data_nilai.xls dan juga memberi akses file soal_uas.doc kepada C. Saat A mengakses file dari B maka A berfungsi sebagai client dan saat A memberi akses file kepada C maka A berfungsi sebagai server. Kedua fungsi itu dilakukan oleh A secara bersamaan maka jaringan seperti ini dinamakan peer to peer.
Berdasarkan topologi jaringan: Berdasarkan [topologi jaringan], jaringan komputer dapat dibedakan atas: